Kenapa Bulan Memiliki Fase?

8/18/2023
Beranda
Serba Serbi
Kenapa Bulan Memiliki Fase?
Fase-fase Bulan.
Fase-fase Bulan. Kredit: Fred Espenak/Astropixels.com 

Setiap hari, apabila kita dengan tekun mengamati Bulan, kita akan mengamati perubahan bentuk yang berkelanjutan. Kita akan menyaksikan tahapan dari fase sabit, separuh, purnama, lalu kembali separuh dan sabit lagi. Namun, mengapa Bulan mengalami variasi bentuk ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus memahami dua fakta mendasar. Pertama, Bulan melakukan revolusi mengelilingi Bumi dalam periode sekitar 29,5 hari. Kedua, saat Bulan berputar mengelilingi Bumi, ia juga menerima cahaya dari Matahari; namun, perlu diingat bahwa Bulan tidak memancarkan cahayanya sendiri karena tidak terlibat dalam reaksi fusi.

Baca Juga : 5 Fakta Menarik Tentang Bulan

Karena bentuk Bulan menyerupai bola yang bulat, hal ini mengakibatkan hanya setengah permukaan Bulan yang terus menerima cahaya dari Matahari. Dengan kata lain, ada sisi yang terang dan sisi yang gelap seperti yang terjadi pada Bumi kita. Dalam pandangan kita dari permukaan Bumi, kita mengamati berbagai perubahan fase penampilan Bulan pada setiap malamnya.

Fase Bulan atau perubahan bentuk Bulan ini terjadi karena perubahan sudut posisi antara garis yang menghubungkan Matahari-Bumi-Bulan saat Bulan mengorbit Bumi. Bulan memiliki beberapa fase yang familiar, seperti Bulan baru, sabit, dan purnama.

Perubahan bentuk ini disebabkan oleh variasi pencahayaan Matahari yang berbeda. Jumlah cahaya Matahari yang tercermin oleh Bulan saatannya berbeda-beda, dan ini terlihat dari Bumi. Karena Bulan terus bergerak mengelilingi Bumi, maka terjadilah perubahan bentuk yang kita amati.

Penjelasan Mengapa Bulan Memiliki Fase?
Ilustrasi fase Bulan. Kredit: Space.com 

Saat Bulan berada dalam posisi di antara Matahari dan Bumi dalam orbitnya, bagian Bulan yang menerima cahaya Matahari tidak terlihat dari Bumi. Fase ini dikenal sebagai fase Bulan Baru atau New Moon (lihat gambar ilustrasi di atas).

Baca Juga : 5 Alasan Mengapa Bulan Penting Bagi Bumi

Fase Bulan Baru terjadi karena sisi Bulan yang menerima sinar Matahari menghadap menjauh dari Bumi. Dengan kata lain, sisi yang disinari Matahari mengarah ke arah berlawanan dari sisi gelap Bumi.

Kemudian, beberapa jam hingga satu hari setelah Bulan Baru, sepotong cahaya tipis mulai terlihat, yang dikenal dalam kalangan umat Islam sebagai Hilal atau Bulan Sabit muda (Waxing Crescent). Seiring berjalannya waktu, semakin banyak sisi Bulan yang disinari Matahari yang terlihat.

Setelah tujuh hari, kita melihat separuh dari sisi Bulan yang disinari Matahari. Fase ini terjadi ketika Bulan membentuk sudut 90 derajat dengan Matahari. Dalam ilustrasi di atas, fase ini disebut Kuartal Pertama atau Kuartal Awal.

Tujuh hari setelah Kuartal Pertama, Bulan terus bergerak mengelilingi Bumi dan mencapai posisi 180 derajat dari Matahari, atau berada di antara Bumi dan Matahari. Fase ini kita kenal sebagai Bulan Purnama.

Tujuh hari setelah Bulan Purnama, kita melihat separuh sisi Bulan lagi, kali ini dikenal sebagai Kuartal Terakhir atau Kuartal Akhir. Setelah seminggu lagi, Bulan kembali ke fase Bulan Baru, yang dalam kalender Hijriah merupakan hari terakhir dari bulan lunarnya.

Baca Juga : Kenapa Bulan Bisa Muncul di Siang Hari?

Perubahan-perubahan bentuk Bulan ini memiliki arti penting dalam penanggalan Hijriah, yang bergantung pada rotasi Bulan terhadap Bumi. Ketika umat Islam memulai puasa Ramadan, tradisinya dimulai dengan mengamati Bulan Sabit. Tanggal 15 dalam setiap bulan Hijriah juga sejalan dengan Bulan Purnama. Selain itu, untuk merayakan Idulfitri, langkah awalnya adalah melihat Bulan Sabit muda pada tanggal 1 Syawal.

Jika Bulan memiliki kemampuan untuk memancarkan cahaya sendiri, maka variasi fase-fase ini mungkin tidak akan ada atau menjadi tidak mungkin terjadi. Bulan akan tetap dalam fase Bulan Purnama secara terus-menerus. Tidak ada benda langit lain yang dapat menghalangi cahaya Bulan sehingga menghasilkan fase-fase ini, dan pernyataan sebaliknya hanya merupakan rekaan belaka.

Selain itu, perlu dicatat bahwa orbit Bulan memiliki kemiringan sekitar 5 derajat terhadap bidang ekliptika Bumi. Ini berarti tidak setiap fase Bulan Purnama akan mengakibatkan gerhana Bulan, dan juga tidak semua fase Bulan Baru akan menyebabkan gerhana Matahari total.

Jadi, sekarang Anda telah memahami mengapa Bulan mengalami perubahan bentuk, bukan?